Langsung ke konten utama

Postingan

PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA SEKOLAH

Pengertian pemimpin menurut Suradinata (1997:11) adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Dalam lingkup pendidikan, sekolah merupakan sebuah ekosistem. Sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Unsur-unsur biotik terdiri dari kepala sekolah, guru, staf, pengawas, orang tua, dan masyarakat. Sedangkan unsur abiotik terdiri dari kekuangan sekolah, dan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah tersebut. Kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dimana didalamnya terdapat sebuah pendekatan yang harus digunakan dalam pengembangannya yaitu pendekatan berbasis as
Postingan terbaru

Modul 3.a.8.1 Koneksi Antar materi Pemimpin Pembelajaran : Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam Pengambilan Keputusan

Dalam filosofi Pratap Triloka memberikan pedoman kepada kita bahwa sebagai seorang Guru/Pendidik dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran menerapkan semboyan pratap tersebut. Ing Ngarso Sun tulodo yakni berarti seorang pemimpin pembelajaran seyognyanya harus dapat menjadi seorang contoh/teladan/panutan yang baik peserta didik dengan selalu konsisten menerapkan nilai-nilai budaya luhur bangsa pada setiap kehidupannya maupun dalam aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru juga dituntut menerapkan semboyan Ing Madyo Mangun karso yakni seorang guru harus dapat menjadi penuntun kodrat murid yang beragam diberdayakan sesuai dengan kemerdekaan murid itu sendiri, dengan terus mengarahkan murid tersebut agar potensi yang dimiliki ini dapat berkembang positif. Tut Wuri Handayani memiliki arti selalu memberikan dukungan positif kepada murid untuk dengan memberikan dorongan dan motivasi kepada murid untuk selalu optimis berkembang sesuai dengan

Penerapan Budaya Positif Sekolah-PGP-SUJIONO-SD INPRES BOMBAN

A. latar Belakang Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses pembentukan pribadi, diharapkan mampu membendung berbagai kemungkinan-kemungkinan negatif yang secara perlahan akan menghilangkan budaya bangsa. Melalui pendidikan karakter diharapkan permasalahan yang timbul dari pergeseran etika dan moral yang dilakukan oleh para generasi muda akan semakin menurun atau bahkan menghilang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar tercipta sebuah pola hubungan pawongan yang baik, yaitu: Memiliki pemikiran yang universal, sebagai manusia kita harus mampu untuk mengembangankan pandangan yang universal berdasarkan pemahaman pada asas-asas spiritual. Kita tidak akan bisa mendapatkan kemajuan dalam kebijaksanaan dan pemahaman yang lebih tinggi tentang spiritual melalui pandangan yang sempit. Semua bentuk pemujaan dan meditasi, yang dianggap sebagai praktik spiritual, namun sebenarnya adalah penyimpangan mental bila itu ditujukan untuk menyenangkan pikiran semata. Tu

PEMBELAJARAN YANG MENUNTUN ANAK PGP-ANGKATAN 1-SUJIONO-1.1-AKSI NYATA

A.Latar Belakang Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sehingga pendidikan seharusnya diarahkan agar dapat menggali segala potensi yang dimiliki anak. Melalui bimbingan dan pengarahan yang dilakukan oleh pendidik diharapkan siswa dapat menemukan segala potensi yang dimilikinya dalam rangka mencapai impian cita-citanya. Dan sejatinya pendidikan yang dilaksanakan memberikan kemerdekaan dalam belajar kepada siswa dengan memberikan ruang kepadanya dalam melakukan model belajar anak.Bertitik tolak dari pemikiran Ki Hajar Dewantara ada beberapa kesalahan-kesalahan mendasar oleh pendidik yang mungkin tidak disadari. Hal ini juga terjadi pada pembelajaran yang saya lakukan di kelas diantaranya: 1. Tidak ada persiapan ketika mengajar

Koneksi Antar Materi-Refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara

Setelah kita mempelajari modul 1.1, untuk dapat memahami secara utuh tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara maka perlu kiranya kita mengimplemntasikanny dalam pembelajaran sehari-sehari di kelas. Dan untuk lebih menterkaitkan materi ada beberapa pertanyaan berikut untuk sebagai bahan acuan dalam membuat pemaparan kita: 1. Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1? 2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini? 3. Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD? Pendahuluan Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sehingga pendidikan seharusnya diarahkan agar dapat menggali segala potensi yang d
KAJIAN KRITIS Dalam buku SAINS untuk siswa Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah kelas 4 karangan Sumiati Sa’adah. Terbitan Titian Ilmu Bandung Tahun 2006. Pada halaman 73 tentang bentuk air dinyatakan sbb : Bisakah kamu menyebutkan bentuk air? Apakah air memiliki bentuk persegi panjang atau bulat? Perhatikanlah air yang ada di dalam gelas! Bagaimana bentuk air di dalam gelas? Sekarang tuangkan air yang ada di dalam gelas tersebut ke dalam botol! Apakah air masih seperti yang ada di dalam gelas atau sudah berubah? Tentunya, air yang dituangkan dari dalam gelas, ke dalam botol, bentuknya akan berubah mengikuti bentuk botol. Air tidak memiliki bentuk. Akan tetapi, bentuk air akan mengikuti bentuk wadahnya. Menurut pendapat saya, bahwa tulisan ibu Sumiati Sa’adah secara konseptual kurang sempurna. Karena menurut teori Jean Piaget, bahwa Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan beraturan sesuai dengan perkembangan umurnya. Pada usia siswa SD/MI kelas 4 yakni

Design Grafis SMPN SATAP BOMBAN KEC. BOLANO KABUPATEN PARIGI MOUTONG